Majalengka, jejakkriminal.net-
Konon, ikan-ikan di danau tersebut bukanlah hewan asli melainkan jelmaan. Kemudian, terdapat larangan untuk memancing apalagi mengonsumsi ikan dari Situ Sangiang.
Di samping kisah mistis, Situ Sangiang juga memiliki pemandangan yang memanjakan mata, Di sekelilingnya terdapat perbukitan hijau dan Danau ini jadi salah satu spot yang asyik untuk dikunjungi dengan sejumlah fasilitas keluarga seperti outbound, melihat satwa burung sampai susur hutan.
Sejak masuk pintu parkir, pengunjung langsung diarahkan menuju Situ Sangiang yang berada di dalam hutan. Suara burung dan hewan-hewan alam juga terdengar jelas, menambah kesan alami destinasi wisata tersebut.
Kabarnya, danau di Situ Sangiang tercipta secara alami sejak sebelum masa Kerajaan Talaga Manggung. Mengutip Disparbud Majalengka, objek wisata ini belakangan dikelola oleh Mitra Pengelola Wisata Gunung Ciremai (MPGC) Sunan Parung yang dimiliki masyarakat setempat.
Dari hasil wawancara media kami dengan salah satu pengunjung wisata Terdapat sejumlah pantangan yang bersifat kearifan lokal. “Yang paling terkenal dari mitos nenek moyang, yakni pengunjung dilarang memancing atau mengambil ikan di danau tersebut.” Ungkapnya
Salah satu pengunjung juga menyampaikan bahwa, “Ikan-ikan besar seperti nila, emas, lele dan lain-lain di sana merupakan jelmaan dari prajurit Kerajaan Talaga Manggung yang dulu menguasai seluruh wilayah Majalengka, oleh sebab itu bagi pengunjung yang melanggar akan mendapat hukuman gaib hingga paling fatal adalah meninggal dunia.
Selain sebagai destinasi wisata keluarga dan religi, tempat ini juga kerap dijadikan tempat penelitian oleh kalangan akademis. Ini terkait munculnya fenomena aneh di mana saat musim kemarau, air danau justru akan penuh dan menggenang hingga ke bibir danau.
Sedangkan saat musim hujan, air danau justru menyusut hingga berkurang secara drastis. Adanya fenomena tak biasa ini yang kemudian dimanfaatkan warga sekitar untuk meramal cuaca dalam pengelolaan air hutan.
Menurut warga setempat di lokasi juga terdapat sebuah makam keramat yang dijaga oleh juru kunci alias kuncen. Dahulu, tempat ini menjadi petilasannya Sunan Parung yang menyebarkan agama Islam.
“Untuk berziarah, wajib didampingi oleh juru kunci dan menjalankan sejumlah kegiatan seperti mandi menggunakan kain putih dan memberi makan ikan-ikan di sana.”ungkapnya.
Sementara pengelola situ sangiang mengatakan, “waktu ramai kunjungan adalah saat tanggal 1 Syura dalam kalender Islam atau Jawa. Di waktu tersebut, sejumlah peziarah dari berbagai daerah menjalankan serangkaian kegiatan spiritual dan lokal selama beberapa waktu.”ungkapnya.
Situ Sangiang di Majalengka menawarkan kombinasi sempurna antara keindahan alam, cerita sejarah dan suasana alam yang menenangkan.
(Hendar suhendar)