Tapanuli Selatan, jejakkriminal.net-
Tapanuli Selatan diguncang bencana banjir bandang yang melanda Desa Kota Tua, Desa Simaninggir, dan Desa Harean di Kecamatan Tantom Angkola pada Rabu (18/12/2024) sekitar pukul 16.00 WIB. Peristiwa ini memaksa ratusan kepala keluarga (KK) meninggalkan rumah mereka untuk mengungsi. Meski tidak ada laporan korban jiwa, kerugian material yang ditimbulkan cukup besar.
Penyebab Banjir dan Respon Cepat BPBD
Hujan deras yang mengguyur wilayah tersebut sejak pagi hari menjadi penyebab utama meluapnya sungai yang melintasi ketiga desa. Pihak BPBD Tapanuli Selatan, menjelaskan bahwa tingginya intensitas curah hujan memicu banjir bandang.
“Meluapnya sungai ini akibat tingginya intensitas curah hujan sejak pagi,” kemudian air mulai surut pada malam hari, namun evakuasi dan pendataan kerugian terus dilakukan.
Tim gabungan yang terdiri dari BPBD, TNI, Polri, dan relawan langsung bergerak cepat untuk mengevakuasi warga, mendata kerugian, dan menyalurkan bantuan. Hingga berita ini diturunkan pada pukul 20.07 WIB, air di ketiga desa tersebut telah surut. Saat ini, warga terdampak mengungsi di tiga lokasi, yaitu Bagas Godang Ompu Daulat Raja Agung Panuturi Hasadaon, Simaninggir, dan Gereja GKP Desa Kota Tua.
Pemerintah dan Relawan Bergerak Cepat
Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan berjanji akan segera memberikan bantuan setelah data lengkap terkumpul. masih mendata kerugian dan memastikan seluruh warga terdampak mendapat bantuan,
Sementara itu, kondisi di lapangan menunjukkan banyaknya kerusakan rumah warga, fasilitas umum, dan lahan pertanian yang terendam lumpur. Hingga saat ini, bantuan berupa makanan, pakaian, dan kebutuhan mendesak lainnya mulai didistribusikan kepada para pengungsi.
Sorotan terhadap Penyebab Banjir
Bencana ini turut menjadi perhatian berbagai pihak, termasuk Bupati Lumbung Informasi Rakyat (LIRA) Tapanuli Selatan, Torkis P. Hasibuan. Ia menyampaikan belasungkawa kepada warga terdampak banjir dan mengapresiasi langkah cepat BPBD Tapanuli Selatan.
Namun, Torkis juga mengkritisi pemerintah daerah agar tidak hanya fokus pada pendataan dan pemberian bantuan. Ia menyoroti dugaan adanya perambahan hutan di sekitar wilayah tersebut sebagai salah satu faktor penyebab banjir.
“Jangan hanya menyalahkan curah hujan. Kita jelas melihat banyaknya puing-puing kayu bekas tebangan hutan yang terbawa banjir. Ini mengindikasikan adanya perambahan hutan. Pelaku perambahan harus ditindak tegas agar bencana serupa tidak terulang,” tegas Torkis.
Langkah Selanjutnya
Umar Halomoan Daulay memastikan pihaknya akan melakukan evaluasi lebih lanjut bersama instansi terkait untuk mengetahui penyebab utama bencana. Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan juga akan mengupayakan langkah-langkah mitigasi bencana, seperti reboisasi dan pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) secara berkelanjutan.
Di sisi lain, masyarakat berharap ada tindakan nyata untuk mencegah bencana serupa di masa mendatang. Para warga mengingatkan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan dan mengawasi aktivitas yang berpotensi merusak ekosistem.
Banjir bandang ini menjadi pengingat bahwa pengelolaan lingkungan yang buruk dapat membawa dampak besar, terutama bagi masyarakat yang tinggal di wilayah rawan bencana. Pemerintah dan masyarakat diharapkan dapat bekerja sama untuk menciptakan solusi jangka panjang demi keselamatan dan kesejahteraan bersama.
(Ibnu)