Kementerian Kelautan dan Unesco Lirik Situs Bawah Laut


Kementerian Kelautan dan Unesco Lirik Situs Bawah Laut

Jumat, 15 November 2024, November 15, 2024

Belitung, jejakkriminal.net-

Flinders University, Australia kunjungi Desa Batu Itam, Kecamatan Sijuk, Kabupaten Belitung. Desa Batu Itam merupakan desa yang masih berada di sekitar kota Tanjungpandan, hanya berbatasan Jembatan Kubu yakni Desa Air Sagak, Kecamatan Tanjungpandan Belitung.


Desa Batu Itam, hari ini kedatangan tim Flinders University dengan disambut baik oleh Kades Batu Itam, Burman. Flinders University yang diwakili Ibu Nia Naelul Hasanah Ridwan, yang juga nerupakan pegawai Kementerian Kelautan dan Perikanan saat berlangsung kegiatan pertemuan di Balai Desa Batu Itam mengatakan, “Kami dari University melakukan kegiatan penelitian ini di Belitung untuk melakukan Revisiting Salvaged and Looted Shipwreck Site untuk mengembangkan kerangka pengelolaan warisan budaya bawah air secara terpadu dan inklusif," kata dia.


"Jadi, kami ingin mendatangi kembali situs bawah air di Batu Itam setelah kegiatan pengangkatan komersial tahun 1999, dan kami juga merencanakan kegiatan - kegiatan bekerjasama dengan UNESCO dan juga pihak lainnya. Seperti, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Desa, Kementerian Kebudayaan, dan juga pemerintahan daerah disini," kata dia lagi.


Hal itu kita lakukan, lanjutnya untuk melakukan penilaian kembali situs bawah air di Batu Itam yang merupakan warisan budaya yang telah sangat dikenal di dunia. Artefak-artefak bawah air Batu Itam juga sekarang berada dimana-mana.


"Jadi asal lokasinya dari Batu itam, tapi sekarang tinggalan artefaknya tersebar ada yang di Australia, ada juga yang menjadi koleksi di Kementerian Kelautan dan mungkin bahkan menjadi koleksi para kolektor barang antik. Nah ini kita ingin melihat apakah memungkinkan kita melakukan kegiatan untuk pengembangan situs ke depan maupun menggali kembali nilai signifikansi Belitung Shipwreck dari sisi sejarah maritim Nusantara," jelasnya.


Selain itu, dia menuturkan akan melaksanakan kegiatan lainnya seperti kegiatan penyelaman di bawah air.


"Rencananya kita akan memetakan situs, melakukan observasi apakah di bawah air masih ada peninggalan yang tersisa pasca pengangkatan. Kita ingin mengajak para kolaborator seperti UNESCO dan lain-lain untuk melakukan sejumlah upaya terkait warisan budaya bawah air Desa Batu Itam, Belitung. Karena, situs Batu itam sangat penting sebagai titik yang dilalui oleh Jalur Sutra dan Rempah Laut (Maritime Silk and Spice Route) dari abad sembilan (9) Masehi yaitu masa Dinasti Tang, dan dianggap sebagai salah satu penemuan bawah air paling fenomenal di Indonesia," terangnya.


Menurut Ibu Nia, pihaknya akan melakukan kegiatan site recording berupa 3D Photogrammetry dan e analisis.


"Selain itu, diharapkan akan dilakukan kegiatan community development termasuk mendorong peningkatan produksi masyarakat desa yang “diwarnai” oleh warisan budaya bawah air Batu Itam, misalnya apabila ada hasil kerajinan desa bisa diberi motif dengan yang berkaitan dengan situs seperti halnya kapal yang tenggelam di Belitung. Jadi, diharapkan akan ada beberapa kegiatan di samping kegiatan underwater survey yang akan bermanfaat untuk jangka panjang bagi masyarakat," tuturnya.


Ibu Nia juga menyampaikan pihak yang hadir dalam workshop yakni Assoc. Prof.Martin Polkinghorn, Prof. Wendy Van Duivenvoorde, Ms. Moe Chiba,The Head of Culture Unit, UNESCO Jakarta Regional for Indonesia, Brunei Darussalam, Filipina, dan Timor Leste, Asian Civilization Museum (ACM) Singapore, pemerintah daerah Belitung serta berbagai kalangan masyarakat Batu Itam.


"Jadi Flinders University nanti akan melakukan rangkaian kegiatan underwater archaeology, bersama-sama UNESCO dan para kolaborator lainnya termasuk Cultural Mapping dengan tolak ukurnya tetap situs bawah air," jelasnya.


Ibu Nia menyebutkan bahwa kegiatan ini baru dimulai dengan workshop sebagai pembukaan.


“Tim yang ditunjuk UNESCO juga disini sudah mulai bergerak untuk memetakan potensi yang ada di Batu Itam. Kami juga akan kembali ke sini untuk melakukan beberapa kegiatan seperti capacity building bagi masyarakat. Hasil workshop ini akan diramu untuk mengetahui kegiatan-kegiatan apa yang bisa kita lakukan di Belitung," terangnya.


Menjawab pertanyaan wartawan media kejarfakta.co tentang banyaknya masyarakat yang kurang paham mengenai situs bawah air ini, dia menjelaskan.


"Sebenarnya masyarakat mungkin tahu, atau mungkin pernah mendengar tentang Batu Itam shipwreck, tapi, mungkin mereka tidak pernah tahu ternyata di dunia internasional itu ramai sekali yang sudah membicarakan Belitung Shipwreck," ungkapnya.


Adapun Kades Batu Itam, Burman kepada wartawan mengatakan Pemerintahan Desa Batu Itam sangat mendukung penuh dengan kegiatan ini.


"Ya kami sangat mendukung apa yang direncanakan oleh Flinders University, Kementerian Kelautan dan Perikanan, UNESCO, ACM Singapore, dengan demikian pariwisata Belitung bisa lebih menarik lagi dengan adanya dukungan dari berbagai pihak termasuk UNESCO", ucap Kades.


Karena, tambah Kades Batu Itam jika pariwisata kita berkembang dan maju setidaknya pelaku usaha kecil dan menengah bisa mendapatkan manfaat sehingga mendorongi perekonomian masyarakat.


"Oleh karena itu kita harus membangun budaya kesadaran yang tinggi, tinggalkan ego bangun semangat kebersamaan. Jika wisata desa kita maju, setidaknya dapat membantu perekonomian masyarakat selain daripada hal-hal lainnya," lugasnya.


Kegiatan tersebut juga dihadiri Kepala Dinas Lingkungan Hidup yang mewakili Pj. Bupati Belitung, Camat, kelompok nelayan, Poklahsar, DLH, Pokdarwis, Tokoh Masyarakat, LPHD, Tokoh Pemuda, UMKM, dan para pelaku pariwisata dan para undangan lainnya.



(tim)

TerPopuler