Jakarta, jejakkriminal.net -
Sebulan sebelum tahap pendaftaran peserta pemilihan kepala daerah 2024 dibuka, Lembaga Survei Indikator Politik Indonesia merilis hasil surveinya terkait simulasi top of mind dengan responden diberi keleluasaan untuk menentukan siapa kandidat yang akan dipilih untuk memimpin Jakarta lima tahun ke depan.
Dari hasil simulasi yang dilakukan beberapa kali nama mantan rektor Paramadina Anies Baswedan menempati posisi teratas yakni 39,7 persen, disusul Mantan Gubernur DKI Basuki Tjahaya Purnama (23,8 persen) dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (13,1 persen).
Survei yang digelar pada 18-26 Juni 2024 ini dilakukan terhadap 800 responden yang diwawancarai secara tatap muka. Margin of error survei tersebut sebesar 3,5 persen.
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi dalam jumpa pers, Kamis (25/7) mengatakan kuatnya dukungan kepada ketiga tokoh ini membuat siapapun tokoh yang akan dipasangkan dengan mereka tidak akan berdampak signifikan secara electoral.
Burhanuddin Muhtadi menjelaskan lembaganya melakukan banyak simulasi di Jakarta. Pada simulasi top of mind Anies, Ahok dan Ridwan juga konsisten berada di tiga besar dengan posisi berurutan pada simulasi 40 nama,16 nama, 11 nama hingga empat nama.
Ketika pewawancara dari Indikator Politik memberikan pilihan 40 nama calon gubernur Jakarta, Anies paling banyak dipilih oleh responden, yakni 41,7 persen, disusul oleh Ahok (27 persen), dan Ridwan (15.4 persen).
Saat dikerucutkan menjadi 16 nama, posisinya tidak berubah, yaitu Anies memperoleh 41,9 persen suara responden, diikuti Ahok (27,9 persen), dan Ridwan (17,3 persen). Lalu dikurangi lagi menjadi 11 nama, Anies tetap menjadi pilihan utama meraup 42,1 persen suara, kemudian Ahok (28,6 persen), dan Ridwan (17 persen). Sementara itu, putra bungsu Presiden Joko Widodo, Kaesang, hanya memperoleh 1,7 persen suara.
Disusutkan lagi menjadi empat nama, Anies tetap teratas memperoleh 43,5 persen suara, lalu Ahok (30,5 persen), dan Ridwan (18,3 persen). Tri Rismaharini, yang saat ini menjabat sebagai menteri sosial, hanya mendapat 1,8 persen suara.
Menurutnya pilihan warga Jakarta pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 sudah mengerucut pada tiga sosok tersebut. Ketiganya sudah memiliki pemilih fanatik kendati pemilihan gubernur masih akan digelar pada November mendatang.
Saat dikerucutkan menjadi 16 nama, posisinya tidak berubah, yaitu Anies memperoleh 41,9 persen suara responden, diikuti Ahok (27,9 persen), dan Ridwan (17,3 persen). Lalu dikurangi lagi menjadi 11 nama, Anies tetap menjadi pilihan utama meraup 42,1 persen suara, kemudian Ahok (28,6 persen), dan Ridwan (17 persen). Sementara itu, putra bungsu Presiden Joko Widodo, Kaesang, hanya memperoleh 1,7 persen suara.
Disusutkan lagi menjadi empat nama, Anies tetap teratas memperoleh 43,5 persen suara, lalu Ahok (30,5 persen), dan Ridwan (18,3 persen). Tri Rismaharini, yang saat ini menjabat sebagai menteri sosial, hanya mendapat 1,8 persen suara.
Menurutnya pilihan warga Jakarta pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 sudah mengerucut pada tiga sosok tersebut. Ketiganya sudah memiliki pemilih fanatik kendati pemilihan gubernur masih akan digelar pada November mendatang.
Melihat data simulai tersebut, Burhanuddin juga mengatakan kemungkinan munculnya calon “kuda hitam” di luar nama Anies, Ahok dan Ridwan dalam pemilihan gubernur Jakarta 2024 sangat kecil. Sebab pilihan warga Jakarta sudah mengerucut ketiga nama tersebut.
Menanggapi hasil survei Indikator Politik tersebut, Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Solidaritas Indonesia (DPP PSI) Cheryl Tanzil mengaku kaget karena jumlah pendukung PSI yang memilih Anies dan Ahok hanya selisih satu persen.
Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kaesang Pangarep sampai saat ini belum memutuskan apakah akan maju dalam pemilihan kepala daerah November tahun ini.
“Kalau saya lihat dari yang dipaparkan, orang-orang yang masuk dalam bintang tiga besar ini kan mereka yang sudah pernah punya pengalaman sebagai kepala daerah. Bahkan Pak Ridwan Kamil itu sudah di Bandung dulu lima tahun (menjadi wali kota Bandung), masuk yang lebih besar yaitu Jabar (Jawa Barat) lima, jadi sekitar sepuluh tahun," ujarnya.
Berkaitan sangat rendahnya elektabilitas Kaesang, Cheryl mengatakan hal itu karena tidak ada pergerakan dari pihak Kaesang. Dia menambahkan hasil survei Indikator Politik menjadi gambaran bagaimana masyarakat Jakarta melihat sosok Kaesang.
Ketua DPP Partai Nasional Demokrat (Nasdem) Willy Aditya mencatat masih terjadi polarisasi yang sangat tajam dan dalam dari temuan hasil survei Indikator Politik. Pemilih yang mendukung Ahok dan Ridwan merupakan orang-orang yang memang tidak menyukai Anies. Sebaliknya, pemilih Anies tidak menyukai Ridwan dan Ahok.
Hal ini, katanya. merupakan pekerjaan rumah yang masih harus dibernahi. Pasalnya, menurut Willy, pilkada semestinya bisa dilaksanakan secara gembira tanpa polarisasi.
"(Yang menjadi pekerjaan rumah kalau Anies terpilih adalah) bagaimana pembelahan ini tidak berdampak luar biasa. Karena Anies dilawankan dengan siapa saja, langsung kemudian lawannya memiliki modal poltik yang kadung tidak suka Anies," tuturnya.
Willy mengharapkan kontestasi November mendatang bukanlah persaingan yang dipenuhi kebencian. Pilkada Jakarta, tambahnya, tidak boleh kembali membelah masyarakat secara politik.
Pengamat politik dari Univesitas Al Azhar, Indonesia Ujang Komarudin mengatakan Anies Baswedan belum bisa dipastikan menang dalam Pemilihan Pilkada DKI Jakarta 2024.
Menurutnya ada beberapa faktor yang harus diperhitungkan dalam menentukan keunggulan. Selain elektabilitas dan popularitas yakni “isi tas” dan akseptabilitas. Kemudian, faktor koalisi pendukung dan pasangan. Dia menyatakan potensi Anies unggul cukup tinggi karena memang petahana di Jakarta. “Potensi Anies tinggi karena incumbent (petahana) tetapi tergantung dari lawannya bisa menaikkan elektabilitas atau tidak,”ujarnya.
Sumber : VOA Indonesia