Preman yang Ancam Bunuh Jurnalis Akan Divonis Hakim Hari Ini


Preman yang Ancam Bunuh Jurnalis Akan Divonis Hakim Hari Ini

Selasa, 11 Juli 2023, Juli 11, 2023

 

Jai Sanker alias Rakes, preman yang ancam bunuh jurnalis saat digelandang ke rumah tahanan polisi (RTP) Polrestabes Medan 


Jejakkriminal.online, MEDAN - Jai Sanker alias Rakes, preman yang ancam bunuh jurnalis rencananya akan jalani sidang vonis di Pengadilan Negeri (PN) Medan, hari ini, Selasa (12/7/2023).


Menurut informasi, putusan terhadap Rakes akan dibacakan oleh hakim Asad Rahim Lubis.


Tak hanya seorang diri, Asad Rahim akan didampingi dua majelis hakim anggota yakni Sulhanuddin dan Firza Andriansyah


Dilansir dari laman situs sipp.pn-medankota.go.id, persidangan dijadwalkan akan digelar pada pukul 13.00 WIB di ruang Cakra VI PN Medan.


Jaksa Penuntut Umum (JPU) Kejari Medan, Septian Napitupulu mengatakan belum dapat memastikan pukul berapa sidang akan digelar.


Sebab, kata Septian, sidang harus menunggu antrean. 


"Kalau jam, jam 14.00 sudah standby bang, tapi kalo mulainya tergantung antrean," kata Septian, Senin (10/7/2023) kemarin.


Dalam kasus ini, Jai Sanker alias Rakes cuma dituntut enam bulan penjara.


Padahal, preman yang ancam bunuh jurnalis ini dijerat Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang No 40 Tahun 1999 tentang Pers.


Menurut jaksa, adapun hal yang memberatkan, terdakwa sudah pernah dihukum.


"Hal meringankan, terdakwa telah berdamai dengan korban," ucap Jaksa.


Ngaku Anggota AMPI

 Jai Sanker alias Rakes, preman yang ancam bunuh jurnalis di Kota Medan kukuh mengaku sebagai anggota AMPI (Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia).


Dalam persidangan, Jai Sanker alias Rakes berdalih bahwa dirinya datang ke lokasi karena adiknya menjadi saksi dalam gelar pra rekontruksi yang diadakan Polrestabes Medan, di lokasi hiburan malam High5 Bar & Lounge, Jalan Abdullah Lubis.


"Saya anggota AMPI Yang Mulia," kata Rakes, Selasa (13/6/2023).


Sementara itu, sejumlah saksi yang hadir di persidangan mengatakan bahwa Rakes tidak hanya melakukan pengancaman.


Rakes juga melakukan penganiayaan kepada seorang wartawan dengan cara menendang.


Bahkan, di persidangan, saksi Dony Admiral yang merupakan jurnalis televisi menyebut bahwa Rakes mengaku sudah pernah membunuh orang.


"Dia bilang, 'enggak tau kau aku pernah bunuh orang," kata Dony Admiral.


Dony mengatakan, bahwa Rakesh sempat ingin merampas kamera jurnalis, serta ingin menghapus rekaman pra rekontruksi kasus penganiayaan yang melibatkan dua Anggota DPRD Medan.


Namun, aksi tersebut gagal dilakukan, karena awak media melakukan perlawanan.


Saat itu, terdakwa turut menendang wartawan bernama Suyanto.


Terdakwa juga mengancam Alfiansyah dan Gokla Wesly, dua wartawan media online yang tengah melakukan peliputan.


Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Medan, Pewarta Foto Indonesia (PFI) Medan dan Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Sumut menegaskan tidak pernah berdamai dengan terdakwa.


Hal ini disampaikan guna membantah isu yang beredar soal perdamaian dengan para jurnalis korban pengancaman dan perintanngan.


Menurut Ketua AJI Medan, Cristison Sondang Pane, pihaknya berkomintmen mendorong dan mengawal kasus ini hingga tuntas.


AJI Medan secara kelembagaan, kata Tison, tidak pernah punya niat melakukan perdamaian.


“Kami sepakat bahwa kasus ini harus tuntas dan pelakunya dihukum sesuai perbuatannya,” kata Tison.


Ia bilang, kalaupun ada dari saksi korban yang mengaku sudah berdamai dengan terdakwa, itu bersifat pribadi, bukan secara kelembagaan.


Yang pasti, kata Tison, para korban, Alfiansyah dan Goklas Wesly tidak pernah punya niatan untuk berdamai.


AJI Medan berkomitmen mengawal kasus ini hingga jatuh putusan kurungan.


Sementara itu, Ketua Divisi Advokasi AJI Medan, Array A Argus meminta majelis hakim yang menangani perkara ini objektif.


Kalaupun ada diantara korban yang mengaku sudah berdamai, itu sifatnya pribadi, bukan secara kelembagaan.


“Hakim harus tahu, bahwa pelapor dalam kasus ini lebih dari satu orang. Kalaupun ada diantara korban yang mengaku sudah berdamai, bukan berarti semua korban menyepakati hal itu,” kata Array.


Ia menegaskan, hakim harus menjatuhkan sanksi yang setimpal terhadap Rakesh. Hakim harus menjatuhkan hukuman sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 18 ayat (1) UU No 40 tahun 1999 tentang Pers.


“Pasal ini harus menjadi acuan bagi hakim dalam memberikan vonis kedepan, selain pasal pengancaman bunuh,” tegas Array.


Koordinator Divisi Advokasi dan Hukum PFI Medan Prayugo mengatakan, putusan hakim yang berkeadilan akan menjadi catatan baik bagi pengekan hukum dalam kasus kekerasan terhadap jurnalistik. Aliansi, kata Yugo, akan tetap mengawal kasus ini demi keadilan terhadap jurnalis yang menjadi korban.


“Jaksa harus berani memberikan penuntutan dan berpedoman pada Undang-undang Pers. Jika diputus bersalah, kasus ini akan menjadi yurisprudensi ke depan. Sebagai langkah tegas, agar tidak ada lagi yang melakukan kekerasan terhadap jurnalis,” katanya.


Sementara itu, Ketua Pengda IJTI Sumut, Tuti Alawiyah menegaskan bahwa jika ada korban yang mengaku-ngaku sudah damai, itu bersifat individu.


"Kalau ada korban yang berdamai, itu

bukan representasi maupun mewakili dari para korban yang diintimidasi. Dalam kasus ini jelas-jelas yang dilanggar UU Pers, pasal lex spesialis,".


Kronologis pengancaman

Diketahui, kasus ini bermula saat sejumlah jurnalis melakukan peliputan di lokasi pra rekontruksi kasus penganiayaan dengan terlapor dua anggota DPRD Medan.


Dari kronologi yang dihimpun sejumlah lembaga yang tergabung ke dalam Koalisi Jurnalis Anti Kekerasan, saat kericuhan terjadi, korban Alfiansyah dan Goklas Wesly yang baru tiba di lokasi peliputan didatangi Rakesh disusul teman-temannya.


Rakesh langsung melarang Alfian dan Goklas untuk melakukan pengambilan gambar.


Alfian sempat menanyakan maksud Rakesh melakukan pelarangan. Namun dia bersikeras mengadang Alfian dan Goklas. Rakesh juga mengatakan jika dirinya adalah anggota salah satu Organisasi Kepemudaan (OKP).


Rakesh dan sejumlah rekannya terus mengerumuni Alfian dan Goklas. Mereka terus mengintimidasi Alfian dan Goklas dan melarang untuk melakukan peliputan.


Selama beberapa saat, Alfian dan Goklas dikerumuni oleh Rakesh Cs. Mereka turut melakukan intimidasi secara verbal, menyahuti Rakesh.


Saat bersamaan, Bahana Situmorang melihat Rakesh Cs mengerumuni Alfian dan Goklas. Dia langsung datang ke arah kerumunan itu. Bahana sempat mempertanyakan maksud Rakesh melarang jurnalis melakukan peliputan. Keributan semakin parah. Rakesh malah semakin mengamuk. Begitu juga rekannya yang turut menimpali.


Suryanto kemudian datang ke arah Alfian, Goklas dan Bahana. Mereka kembali mencoba mengeluarkan ponsel untuk mendokumentasikan kekisruhan itu. Rakesh dan rekannya mencoba merampas ponsel milik jurnalis. Saat itu juga Rakesh menantang para jurnalis untuk melapor ke polisi.


Saat kekisruhan terjadi, Rakesh diduga menendang Suryanto. Akibatnya Suryanto mendapat luka lebam di bagian paha kanan.


Aksi kekerasan itu hendak direkam oleh Bahana dengan ponselnya. Namun Rakesh malah menepis tangan Bahana. Ponsel milik Bahana pun terlempar sekitar tiga meter. Ponsel Bahana mengalami kerusakan karena terjatuh.


Alfian, Goklas dan Bahana kembali mencoba mengangkat kamera. Rekan-rekan Rakesh kembali mengancam mereka untuk tidak melakukan pengambilan gambar.


Bahana juga ditarik-tarik oleh Rakesh yang terus mengungkapkan ancamannya. Setelah keributan berlangsung lama petugas kepolisian yang ada di lokasi baru melerai mereka. Karena ditarik-tarik Rakesh, BS juga mendapat luka goresan di lengan kirinya.


Para korban berupaya menghindar. Tapi Rakesh Cs terus berteriak menyampaikan ancamannya. Rakesh kemudian mendatangi korban Alfian dan Goklas bersama teman-temannya. Saat itu, salah satu teman Rakesh mengangkat kamera dan mengarahkannya kepada awak media.


Korban Alfian dan Goklas kembali diancam akan dilaporkan dengan Undang – undang ITE karena melakukan pengambilan gambar. Bahkan Rakesh mengancam akan membunuh Alfian da Goklas.


“Ku matikan kelen nanti, ku tandai muka mu,” kata Rakesh menurut kesaksian Alfian dan Goklas


Menurut Suryanto, Rakesh Cs, terus melakukan pengancaman kepada para jurnalis. “Sudah banyak wartawan ku tikam,” ujar Rakesh menurut kesaksian Suryanto dan Bahana.



Sumber: tribunnews.com

TerPopuler